"Ih sebel buangeetssz!" umpatku di lorong kelas mencari kak Wisnu karena bel pulang baru saja berbunyi. "Sebel. Setiap menit, detik, sekon, kenapa dia terus yang diomongin Intan? Aku muak banget." ucapku dengan bibir setengah memanjang.
"Dona, ntar naksir lho?" teriak Intan di lorong sebelah sambil melambaikan tangan dan cepat-cepat lari keluar sebelum aku berhasil balas omongannya.
"Gile! Kupingnya tajam amat." sambil menggelengkan kepala dan terus melirik ke kanan ke kiri mencari kak Wisnu. Untung saja, setelah satu kali melirik ke kanan eh ketemu juga ama dia.
"Kak Wisnu" sambil berlari dan melambaikan tangan kuucapkan namanya.
"Ekh, Dona?" ucapnya dengan kaget dan wajah yang kebingungan.
Tak lama berlari, aku sudah ada di depannya.
"Kak, kenalin Dona kelas X-2." memperkenalkan diri sambil tersenyum.
"Ada urusan apa loe cari gue?" tanyanya
"Anu, aku anggota mading dan mendapat tugas untuk membuat profil tentang kakak. Boleh tidak aku mewawancarai kakak sekarang?" ucapku penuh harap.
"Ok. Bisa tapi di kantin aja ya." ajaknya dengan menggandeng tanganku segera sebelum aku menjawab ucapannya.
.....*.....*.....
Di kantin dia memesan minuman sambil menjawab pertanyaanku. Dan tak butuh waktu lama, data yang aku butuhkan telah terisi penuh.
"Makasih ya, kak." ucapku yang akan segera pergi membayar minuman
"Tunggu, Don. Biar aku aja yang bayarin minuman loe. Boleh kan?" dengan tersenyum dan menuju ke tempat pembayaran.
"Sekali lagi makasih ya, kak." ucapku sambil membungkukkan setengah badanku seperti orang Jepang.
"Ya, ayo pulang." ajaknya dengan menggandeng tanganku menuju tempat parkir motor.
"Eh, kak tak usah. Aku bisa naik angkot kok." elakku seketika.
"Dona, aku cinta kamu!" ucapnya dengan wajah yang sangat serius seolah-olah akan melamarku menjadi istrinya.
"A...apa...apa??" saking kagetnya hingga kata ini yang terucap dari mulutku.
"Udahlah loe gak perlu jawab sekarang. Jika aku udah jadi Ketua Osis loe boleh jawab saat itu juga." ucapnya sambil tersenyum manis kepadaku.
.....*.....*.....
Sesampainya di rumah aku langsung memberi salam dan segera masuk ke dalam kamar. Karena lelah dan kagetnya sehingga tak kuasa lagi menahan tubuh ini, kubaringkan tubuh ini sambil memikirkan lekat-lekat ucapan kak Wisnu tadi saat dia mengemudikan motor.
"Dona, aku sebenarnya sudah cinta sama kamu saat pertama melihatmu MOS satu bulan yang lalu. Kumohon Dona pertimbangkanlah ucapanku ini."
Tapi walaupun sudah aku pikirkan berkali-kali, cinta ini begitu sulit untuk terjawab. Sebenarnya aku juga menaruh sedikit perasaanku padanya. Tapi aku pun belum tahu apa sebenarnya isi hatiku. Ah.....pusing, pusing, pusiiiing.....
.....*.....*.....
Seminggu telah berlalu setelah kejadian hari itu. Dan kini tepat saat diumumkannya Ketua Osis yang baru. Jantungku berdegup kencang dari biasanya.
"Dona tenanglah." bujuk Intan sambil memegangi pundakku.
"Tapi, Tan aku kan gugup." rajukku
"Kak Wisnu itu baik, dia gak akan ngecewain loe kok. Terima aja lah! Lagipula seminggu ini dia juga udah berusaha untuk jadi Ketua Osis." tuturnya dengan wajah tenang.
"Iya deh akan aku usahakan. Tapi kalau aku tolak, loe jangan marah ya?"
"Gue gak akan marah kok. Karena setiap keputusan yang loe ambil gueakan berusaha terima." ucapnya dengan nada yang sangat bijaksana hingga membuatku termenung seaat.
"Eh, Dona lihat itu yuk di papan pengumuman. Mungkin aja pengumuman yang baru ditempel tentang Osis." ucapnya sambil menunjuk papan pengumuman yang ada di sebelah barat.
Tanpa berkata lagi, aku langsung berjalan dengan Intan menuju papan pengumuman. Dan yang lebih mengagetkan lagi adalah saat aku lihat nama kak Wisnu tercantum sebagai Ketua Osis.
.....*.....*.....
Setelah bosan mendengar ceramah Intan, segera saja aku cari kak Wisnu. Tapi saat kucari di kelas, dia tak ada. Di ruang Osis pun dia tak ada. Aku sudah mulai gugup dan berfikiran macam-macam tentang dia. DEngan setengah wajah yang dilinangi air mata, aku mulai berfikir kira-kira dimana dia sekarang.
Akhirnya fikiranku terbuka juga. Aku mulai menebak mungkin saja dia ada di kantin. Tnpa berfikir panjang lagi, kulangkahkan kakiku menuju kantin. Dan ternyata memang benar bahwa dia ada di kantin.
"Lama sekali! Aku capek lo menunggu." ucapnya dengan senyum penuh harap.
Kuberlari tanpa peduli apa yang ada di sekitarku. Dan aku berhenti tepat di depannya.
"Kamu kenapa, Don?" tanyanya dengan wajah cemas.
"Aku mencintaimu." kukatakan itu tepat saat dia memegangi pundakku.
"Apa, Don?Coba sekali lagi ucapin dong?" pintanya segera sambil mengguncang bahuku.
"A.....aku suka kamu" ucapku dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus
"Aku juga, Don I LOVE YOU!" sambil memelukku dia mengucapkannya lagi
"Ka.....kak, aku malu."
"Tak apa-apa. Aku senang kok." senyumannya yang manis mengalir bersama ucapannya di dalam wajah dan hatiku.
Yah, mungkin ini arti dari ucapannya Intan. Bahwa cinta itu butuh kejujuran dan kepercayaan. Dan mungkin aku akan menemukan arti cinta itu bersama kak Wisnu. Pasti.
The End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar